PEMBUATAN PUPUK KOMPOS BERBAHAN DASAR SABUT KELAPA
PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS BERBAHAN
DASAR SABUT KELAPA
DASAR SABUT KELAPA
a. Pengertian
Kompos
Kompos adalah hasil
penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari
J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses di mana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos
adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan. (Wikipedia. 2016).
b. Manfaat Cocopeat Sabut Kelapa
Untuk Pertanian
Dalam dunia pertanian yang berbasis organik, memanfaatkan sabut kelapa
sebagai pupuk padat memiliki peran penting bagi kesuburan tanah pertanian. pada
pupuk organik padat, cocopeat / sabut
kelapa berfungsi sebagai bio pori bagi tanah, dengan adanya
rongga-rongga pada tanah dapat memperbaiki sirkulasi udara membawa oksigen yang
sangat dibutuhkan tanaman.
Selain memperbaiki aerasi pada tanah pertanian, manfaat lain dari sabut kelapa adalah
memiliki kemampuan menyimpan air 6 kali lipat dari volumenya. Dengan kata lain,
jika berat sabut kelapa 1 kg maka daya simpan air bisa mencapai 6 kg air,
tentunya menggunakan sabut kelapa sebagai bahan dasar pupuk organik merupakan
solusi tepat untuk daerah yang minim curah hujan. (Organikilo.co.
2016)
c. Kandungan Unsur Hara Sabut
Kelapa
Sebenarnya sabut kelapa yang belum di olah bukanlah cocopeat, cocopeat
sendiri merupakan limbah pengolahan sabut kelapa yang di ambil serat atau
fiber. Cocopeat merupakan
butiran halus atau serbuk dari fiber kelapa, apapun istilah yang digunakan untuk menyebutnya itu bukan suatu masalah.
yang menjadi pokok bahasan adalah manfaat sabut kelapa yang sangat besar untuk
pertanian, Adapun kandungan unsur hara yang dimiliki sabut kelapa baik makro atau mikro ternyata sangat
dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan unsur hara makro dan mikro
yang terdapat pada sabut kelapa antara lain (K) Kalium, (P) Fosfor, (Ca) Calsium,
(Mg) Magnesium, (Na) Natrium dan beberapa mineral lainnya. Namun
dari sekian banyak kandungan unsur hara yang dimiliki cocopeat, ternyata jumlah
yang paling berlimpah adalah unsur K (kalium). Seperti yang telah kita ketahui
bahwa kandungan (P) Fosfor dan (K) Kalium sangat dibutuhkan tanaman saat proses
pembentukan buah serta peningkatan rasa untuk segala jenis buah.
(Organikilo.co. 2016).
Tabel. 1. kondisi yang Optimal
untuk Mempercepat Proses Pengomposan
Kondisi
|
Kondisi yang bisa diterima
|
Ideal
|
Rasio C/N
|
20:1 s/d
40:1
|
25-35:1
|
Kelembaban
|
40 –
65 %
|
45 –
62 % berat
|
Konsentrasi
oksigen tersedia
|
> 5%
|
> 10%
|
Ukuran
partikel
|
1 inchi
|
bervariasi
|
Bulk
Density
|
1000
lbs/cu yd
|
1000
lbs/cu yd
|
pH
|
5.5 – 9.0
|
6.5 – 8.0
|
Suhu
|
43 – 66oC
|
54 -60oC
|
D. Metode
Pelaksanaan
1.
Siapkan bahan ( pupuk kandang, sekam
padi, sabut kelapa, kapur dolomit, EM4)
2.
Sabut kelapa di cincang sampai halus,
agar lebih mudah terurai
3.
Kemudian gabungkan menjadi satu bahan
yang telah disiapkan ( sekam padi, kapur dolomit, sabut kelapa dan pupuk
kandang).
4.
Aduk – adung hingga tercampur semua
5.
Kemudian tambahkan air dengan EM-4
kira-kira 2 tutup botol untuk 2 liter air
6.
Setelah itu campurkan larutan air yang
telah di tambahkan M-45 tadi kedalam campuran sekam padi, pupuk kandang, kapur
dolomit dan sabut kelapa, sambil diaduk – aduk hingga merata.
7.
Setelah dirasa cukup merata, pupuk
komposnya dapat ditutup rapat, diamkan selama 3 hari kemudian aduk kembali dan
jika pupuk organik tersebut terasa panas berarti
mikroba berfungsi baik
8.
Tutup kembali kemudian
setelah hari ke 6 aduk kembali lalu tutup kembali, begitu seterusnya hingga
pada hari ke 19 pupuk sudah siap di gunakan pada tanaman.
E. Hasil
Pengamatan dilakukan setiap 3 hari, sebanyak 6 kali
pengamatan, adapun hasil pengamatannya sebagai berikut:
1.
Pengamatan pada hari ke 3 menunjukkan jika kompos yang
dibuat masih berbau, warna sabut dan sekam
masih terlihat seperti awal, teksturnya masih menggumpal.
2.
Pengamatan pada hari ke 6 masih sama dengan pengamatan
ke 3, tetapi sabut dan sekam mulai berubah warna.
3.
Pengamatan pada hari ke 9 menunjukkan bahwa kompos
sudah mulai tidak berbau, warna sabut sudah coklat gelap dan teksturnya masih
menggumpal tetapi agak remah.
4.
Pengamatan pada hari ke 12 masih sama dengan pengamatan
ke 9, tetapi teksturnya sudah mulai remah.
5.
Pengamatan pada hari ke 15 tidak dilakukan karena
hujan
6.
Pengamatan pada hari ke 19 menunjukkan jika kompos
yang dibuat matang. Tekstur remah dan berwarna hitam coklat gelap. Berdasarkan
pengamatan terhadap kompos yang telah dibuat, maka hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
a.
Bau
Kompos yang
dihasilkan tidak berbau.
b.
Warna
Kompos
berwarna berwarna coklat gelap.
c.
Tekstur
Tekstur yang
dihasilkan Gembur dan tidak menggumpal.
d.
Waktu
Proses
pembuatan kompos sampai pembuatan laporan hanya dilakukan dalam waktu 19 hari.
F. Pembahasan
Berikut
karakteristik fisik kompos yang telah dibuat :
1.
Bau
Jika proses
pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tidak menghasilkan bau yang
menyengat (Isroi dan Yuliati, 2009). Walaupun demikian, dalam pembuatan kompos
tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Kompos yang sudah matang dapat
diketahui dari baunya yang seperti bau tanah. Berdasarkan hasil pengamatan.
2.
Warna
Warna
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kematangan kompos yaitu cokelat
kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan
bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. dari hasil pengamatan, kompos
yang dihasilkan berwarna cokelat kehitam-hitaman.
3.
Tekstur
Ukuran
partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus
sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna
atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas
permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat. Jika proses
pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tekstur kompos remah dan tidak
menggumpal. pada kompos yang sudah matang, bentuk fisiknya menyerupau tanah
yang berwarna kehitaman. Menurut hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan
bertestur remah dan tidak menggumpal.
4.
Waktu
Lama waktu
pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode yang
digunakan dan keberadaan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan
berlangsung dalam waktu 2 minggu. Menurut hasil pengamatan, waktu pengomposan
yang dilakukan selama 22 hari mulai dari persiapan bahan hingga pupuk siap
digunakan. Hal ini disebabkan karena bersaan dengan musim penghujan.
FOTO KEGIATAN PEMBUATAN KOMPOS
BERBAHAN DASAR SABUT KELAPA
DAFTAR
PUSTAKA
Organikilo.co.
2016. “Sabut kelapa untuk pertanian”.Https://Organikilo.Co/2014/12/Manfaat-Cocopeat-Sabut-Kelapa-Untuk-Pertanian.Html
Ratna Ningtyas Wahyu. 2014 . Laporan Praktikum Kompos. https://duniakesehatanmasyarakat.wordpress.com/2014/04/12/laporan-praktikum-kompos/
Komentar